IMMG FTTM ITB Melebur ke Masyarakat
LIVE IN 2.0 – Dua Hari yang Mantap di Kampung Pandai Besi
Salah satu kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Metalurgi (IMMG) adalah dengan terjun langsung ke desa. Kegiatan tersebut diberi nama dengan “Live In”. Live in 2.0 telah dilaksanakan pada tanggal 9 sampai 11 November 2018 dan diikuti oleh 43 orang mahasiswa Teknik Metalurgi. Live In tersebut bertempat di Desa Mekarmaju, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. Dipilihnya Desa Mekarmaju sebagai tempat tujuan adalah karena sebagian besar profesi masyarakatnya adalah pandai besi yang memproduksi alat sehari-hari seperti golok, cangkul, dan lain-lain sehingga sangat berhubungan dengan keprofesian metalurgi. Secara garis besar, kegiatan Live In difokuskan pada dua hal yaitu memastikan data keprofesian yang telah didapat pada Live In sebelumnya serta interaksi dengan masyarakat.
Desa Mekarmaju
Pada 9 November 2018, peserta Live In berangkat dari Masjid Salman ITB. Perjalanan ditempuh dengan waktu sekitar satu jam menggunakan angkot yang sebelumnya telah disewa. Setelah sampai di tujuan, peserta Live In ditempatkan di rumah-rumah warga yang sudah disepakati dan mendapat izin sebelumnya sebagai tempat istirahat.
Pada 10 November 2018, kegiatan yang dilakukan difokuskan untuk memastikan data keprofesian dengan melakukan observasi proses pembuatan alat dengan bahan baku logam di bengkel yang tersebar di beberapa RW. Peserta dibagi menjadi enam kelompok. Masing-masing kelompok diberi wilayah observasinya masing-masing berdasarkan RW yang ada di Desa Mekarmaju. Sejak shubuh, telah terdengar suara dentuman besi dari berbagai tempat. Hal itu terjadi karena kegiatan produksi sudah dimulai pada pukul enam pagi dan berlanjut hingga waktu zuhur tiba. Bahan baku yang digunakan untuk produksi biasanya berasal dari logam bekas yang biasanya berupa per mobil. Selain bahan baku, hal lain yang dibutuhkan adalah arang. Arang digunakan untuk menjaga panas yang dihasilkan tungku oleh blower supaya suhu yang dihasilkan sesuai. Secara umum, produk yang dihasilkan adalah parang, garpu, kujang, dan bahkan alat yang memiliki nilai seni. Sampai saat ini, warga memproduksi peralatan tersebut secara individual atau memiliki merknya masing-masing.
Penempaan besi pembuatan golok di salah satu bengkel
Kegiatan observasi dilakukan hingga siang hari. Setelah itu, peserta dibebaskan untuk melakukan apapun, sehingga waktu ini dapat dilakukan untuk berinteraksi dengan masyarakat, terutama anak-anak dan tuan rumah dari tempat yang mereka tinggali. Salah satu cara untuk berinteraksi adalah dengan menghabiskan uang di Warung Soepiah. Warung Soepiah adalah warung milik Bu Nur, warung ini menjual berbagai makanan, yang paling favorit adalah basreng serta es pisang coklatnya yang sangat lezat.
Pada 11 November 2018, kegiatan difokuskan untuk berinteraksi dengan masyarakat. Sasaran pada kegiatan kali ini yaitu anak-anak sekolah dasar yang ada di Desa Mekarmaju. Kegiatan yang dilakukan adalah games outdoor berkelompok sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kerja sama tim dan sikap sportifitas setiap anak serta dapat meningkatkan interaksi antara peserta Live In dengan anak-anak di Desa Mekarmaju.
Penulis: Ammar Zamani (12517055) & Indirwan Arya Purnama (12517058)
Sumber: http://immg.metallurgy.itb.ac.id/2018/12/15/live-in-2-0-dua-hari-yang-mantap-di-kampung-pandai-besi/