Sarjana Muda ITB : Dari Jalur Akselerasi Menuju Fast Track
Muhammad Rakha Dizionario, wisudawan sarjana termuda di Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2024/2025. (Dok. pribadi)
BANDUNG, itb.ac.id – Muhammad Rakha Dizionario, mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) berusia 19 tahun, mencatatkan namanya sebagai wisudawan termuda pada Sidang Terbuka Wisuda Pertama Tahun Akademik 2024/2025, Sabtu (26/10/2024).
Dalam Tugas Akhir yang berjudul “Karakterisasi Sedimen Pasir Besi di Pesisir Pantai Berdasarkan Parameter Magnetik dan Mineralogi di Kecamatan Cidaun” Rakha meneliti potensi pasir besi di pesisir Cidaun, Jawa Barat. Dia menganalisis kandungan mineral dari sampel pasir pantai melalui parameter magnetik dan mikroskopik untuk mengidentifikasi potensi mineral, khususnya besi, sebagai sumber daya alam lokal yang bernilai.
Rakha adalah sosok yang rendah hati, walau telah mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di ITB, dia merasa usia muda tidak memberikan privilege dalam hal akademik. Baginya, keberhasilan akademik lebih didasarkan pada kerja keras, bukan semata-mata usia.
“Aku merasa menjadi muda bukanlah suatu hal yang spesial (privilege). Menurut aku segala opportunity yang didapat aku atau teman-teman aku itu tidak ada sama sekali hubungan sama umur,” ujarnya.
Perjalanan akselerasi Rakha dimulai sejak sekolah dasar, dengan keputusan yang sebagian besar didorong oleh orang tua. Kala itu, mereka berpandangan bahwa pendidikan dasar tidak perlu ditempuh dalam waktu lama. Kemudian, ketika memasuki SMP, Rakha semakin termotivasi untuk mempercepat pendidikannya demi mencapai impian kuliah lebih cepat. Keputusan untuk mengikuti akselerasi di SMA pun dia ambil dengan penuh kesadaran. Rakha merasa beruntung karena sekolahnya membuka program akselerasi untuk angkatannya.
Pada akhirnya, Rakha berhasil masuk ITB melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2020. Kini, dia sedang mengambil langkah baru untuk menempuh pendidikan magister melalui program fast track ITB dengan harapan meraih gelar magister pada usia 20 tahun.
Di balik prestasinya, Rakha menyadari bahwa setiap orang memiliki tantangannya sendiri. Menurutnya, tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang memiliki perjalanan dan pencapaian masing-masing.
“Jangan terlalu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain yang malah (membuat) overthinking terhadap hal yang tidak penting,” ujarnya.
Dia pun menyampaikan ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang selalu menemani perjalan hidupnya hingga saat ini.
Reporter: Indra Putra Lohanata (Aktuaria, 2021)
Sumber: Website Institut Teknologi Bandung