IPMC 2025 Gagas Transformasi Industri Metalurgi Menuju Ekonomi Sirkular dan Karbon Netral
BANDUNG – Institut Teknologi Bandung (ITB), melalui Program Studi Teknik Metalurgi FTTM, menggelar International Process Metallurgy Conference (IPMC) 2025 pada 13–14 Oktober di Kampus Ganesha. Acara ini menjadi wadah internasional bagi akademisi, peneliti, pelaku industri, dan pembuat kebijakan untuk bersama-sama mencari solusi atas tantangan industri metalurgi masa kini.

Konferensi yang mengusung tema “Advancing Sustainable Metallurgy Towards Circularity and Carbon Neutrality” ini menitikberatkan pada pentingnya inovasi dalam pengelolaan sumber daya mineral yang efisien dan ramah lingkungan. Ketua IPMC 2025, Imam Santoso, menyampaikan bahwa konferensi ini bertujuan untuk mendorong sektor industri agar semakin selaras dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan rendah karbon.

Rektor ITB, Prof. Tatacipta Dirgantara, menyoroti bahwa industri metalurgi saat ini berada di tengah tekanan global: kebutuhan logam strategis terus meningkat, sementara tuntutan untuk menjaga kelestarian lingkungan kian mendesak. Ia menekankan perlunya pendekatan baru dalam proses ekstraksi, pengolahan, dan daur ulang material agar lebih bertanggung jawab secara lingkungan. Pandangan ini juga mendukung kebijakan nasional terkait hilirisasi sumber daya mineral.
“Dengan potensi sumber daya yang dimiliki, Indonesia punya tanggung jawab besar untuk menerapkan teknologi berkelanjutan dalam pengelolaan sumber dayanya. ITB percaya bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi harus berkontribusi langsung bagi kemajuan masyarakat,” jelasnya.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Prof. Brian Yuliarto, turut hadir dan memberikan penekanan pada pentingnya arah pembangunan industri yang mengadopsi prinsip sirkularitas dan menjaga keseimbangan ekologis. Menurutnya, ekonomi sirkular bukan sekadar mengurangi limbah, melainkan membangun sistem yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan melalui efisiensi material dan pemulihan nilai dari produk akhir.
Ia juga menyoroti pentingnya pengelolaan limbah industri dan ekologis secara terintegrasi dalam sistem sirkular nasional, termasuk daur ulang bahan kimia dari limbah industri serta pemrosesan ulang plastik dan perangkat elektronik. Menurutnya, keberlanjutan harus dilihat sebagai upaya membangun sistem ilmiah dan industri nasional yang kuat, mandiri, dan berdaya saing.
“Transformasi ini bukan sekadar urusan teknis, tetapi menyangkut penguatan kedaulatan nasional—dari pengelolaan sumber daya alam hingga penciptaan lapangan kerja dan produk unggulan dalam negeri,” pungkasnya.
IPMC 2025 juga menghadirkan sejumlah pembicara dari institusi dan perusahaan internasional yang membahas teknologi terbaru dalam efisiensi energi, daur ulang logam, hingga pengolahan limbah industri. Forum ini diharapkan mampu membangun kolaborasi lintas sektor dan memperkuat penerapan teknologi hijau yang relevan dengan kebutuhan pembangunan berkelanjutan di Indonesia